Sabtu, 04 Juni 2011

Part One === Untitled

'Pletak!'
Terdengar suara sepatu hak tinggi milik Sashi menghujam keras di dinding kamarnya. Sashi kembali teringat kejadian di pesta kecil-kecilan yang diadakan oleh Roni tadi.

***

"Malam ini gue bakal umumin sama teman-teman sekalian siapa cewek yang akhirnya bisa menggelitik hati gue," ujar Roni di tenggah kerumunan teman-temannya. "Pesta malam ini adalah pesta khusus untuk gue dan do'i. Dan malam ini gue bakal ngelamar dia di hadapan kalian semua," ujarnya lagi di sambut tepuk tangan yang meriah dari kerabatnya.

Roni melambaikan tangannya pada Divin, sahabat Sashi. Divin mendekat. Sekarang, semua mata tertuju pada dua insan tersebut. Hati Sashi mulai panas, ia terbakar api cemburu. Sashi melangkah cepat ingin segera meninggalkan pesta itu. Dari sudut matanya keluar air bening penuh kesedihan.

'Bruk!'

Sashi terjatuh. Gaun yang dipakainya terinjak oleh kakinya sendiri yang kurang seimbang memakai sepatu hak tinggi. Serentak semua mata tertuju padanya dan semua tertawa terkekeh melihat pertunjukan itu.

Sashi malu. Wajahnya memerah nyaris menyaingi gaun pestanya. Ia segera bangkit seperti Cinderella, gaun pestanya diangkat setinggi lutut dan berusaha berjalan meskipun rasa nyeri di lututnya membuat Sashi melangkah setengah pincang.

***

Kini air mata itu kembali mengalir dari sudut matanya yang terpejam.

"Sepatu sialan!" Caci Sashi dari atas tempat tidurnya.

Sejenak ia memandang sepatu yang baru saja lemparnya lalu melirik sisi bawah gaunnya.
"Robek.." mulutnya manyun mengasihani dirinya sendiri.

Ring tone Gwen Stephani di hp-nya membuat Shasi bangkit dari duduknya.

"Ah! Aduuuuuhhh.." Sashi meringis kesakitan ketika ia baru saja ingin melangkahkan kakinya.

Sashi yang manja mengurungkan niatnya untuk menggambil hp-nya.

"Palingan juga itu telepon dari Divin." katanya setengah menggerutu.

Suara Gwen Stephani dari hp-nya kini sudah berhenti.

"Tapi dimana hp-ku???" Sashi mengitari pandangannya tapi tidak menemukan hp-nya. Ia menggerogoh tas pestanya, juga tidak ada.

Meski Sashi mengaduh kesakitan tapi hasratnya untuk mencari hp-nya yang kembali berbunyi.

Sashi mengobrak-abrik meja komputernya. Tapi tidak ada hp-nya di sana. Di lemarinya. Juga tidak ada. Meja rias. Bahkan rasanya tak ada tempat yang luput dari gerakan stresnya itu.

Hp itu terus berdering. Sekarang Shasi mencari di atas tempat tidurnya. Bantal, guling, boneka, sprai dan bed cover yang tadinya tertata rapi di tempat tidur kini berserakan di lantai. Dan jelas sekarang kamar itu persis seperti baru saja terkenang bom atom yang meledak.

'Tonet..' suara hp Shasi menandakan bahwa keadaannya sudah mulai drop. Hp itu akan segera padam karena kehabisan batrainya.

"Ya Tuhan.. Hp-ku di mana? Jangan biarin tu hp mati sebelum aku ketemuin donk!" Sashi yang panik berbicara sendiri sambil terus mengacak-acak kamarnya.

Sashi mulai stres. Terlalu banyak yang ia pikirkan. Roni, Divin, hp-a, dan sekarang kamarnya.

"Kalo mama ngeliat ini kamar pasti mama bakal pingsan," ujar Sashi setengah merengek sambil mengusap ingusnya dengan seprai yang tengah di dudukinya.

Tak lama kemudian hp itu kembali berdering seakan mengejek Sashi yang merasa sudah setengah mati mencari hp-a.

"Suaranya ada di dekat sini, tapi di mana?" tanyanya lagi pada saksi bisu di kamarnya dengan intonasi yang masih sama dengan yang tadi.

'BRAAAKK!!!'

Pinggul Sashi yang seksi menabrak sesuatu yang tak lain adalah radio super canggih dan baru dua hari yang lalu di belikan oleh mamanya karena Sashi berhasil menangis hingga membanjiri rumahnya.

Radio yang tadinya di lengkapi dengan dua speaker di kanan dan kirinya kini terbagi menjadi tiga bagian.

"Sashi! Suara apa itu?" terdengar teriakan Bu Nessa, mamanya Sashi dari lantai dasar.

Sashi bertambah panik. Sebisa mungkin ia mengembalikan radio itu ke bentuknya yang semula.

Suara langkah Bu Nessa menaiki anak tangga semakin dekat. Tangan Sashipun berusaha semakin cepat menyatukan dua speaker yang tergeletak di lantai ke badan radio.

"Semoga gak ketahuan." bisik Sashi pada radio yang sudah kembali di letakkan di atas meja.

Pintu terbuka lebar. Wajah Bu Nessa muncul dari sana.

*** BERSAMBUNG ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar