Minggu, 05 Juni 2011

Part Two - Untitled

"SASHI, APA-APAAN INI???" Bu Nessa terperangah kaget ketika melihat kamar putri bungsunya. Seketika itu wajahnya langsung memerah akibat menahan amarah.

Sashi diam dan berusaha menyengir untuk menurunkan emosi mamanya.

"Kamu ini sudah gila ya?" tiba-tiba Betsy, kakaknya berkata nyolot sambil bertopang pinggang di belakang Bu Nessa.

"Anu, mbak.. HP-ku... Ilang... Eh.. Anu..."

"Ilang gimana? Barusan Mba denger suara HP kamu ah!" kening Betsy mengerenyit seolah dua alisnya telah menyatu.

"Justru itu, mestinya ada. Dari tadi aku nyariin asal suaranya tapi sampe sekarang belum ketemu juga,"

"Lha gimana mau ketemu. Liat aja ini kamar kamu kayak kapal pecah gini," Betsy terus menyemprot adiknya dengan kata-kata tanpa ampun.

'BRAAAKKK!'
Lagi-lagi radio mewah itu terjatuh. Kali ini bukan karena senggolan Sashi akan tetapi karena posisi radio itu kurang seimbang.

"Eh..."

'BRUK!'

Bu Nessa jatuh pingsan sebelum sempat berkata apa-apa lagi.

"Mama!!!" spontan kedua putrinya berteriak dan menghampiri Bu Nessa.

"Minggir kamu!" sergah Betsy menepis tangan Sashi yang hendak merengkuh mamanya.

Wajah Sashi merasa begitu bersalah. Ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

"Mba Betsy, Non Sashi, ibu kenapa, Mba?" Anya, pembantu mereka yang baik hati, seumuran dengan Sashi dan sama sekali tidak terlihat seperti pembantu itu datang dengan wajah panik.

Tanpa menunggu perintah, Anya langsung membantu Betsy menggotong tubuh Bu Nessa yang langsing karena pintar menjaga badan. Anya merawat Bu Nessa layaknya merawat ibu kandungnya sendiri, mungkin itu adalah caranya untuk membalas kebaikan Bu Nessa yang telah majikannya sejak tiga tahun silam. Ketika ia datang ke rumah ini dengan lingangan air mata dan memohon dengan sangat untuk di beri pekerjaan, meskipun harus menjadi pembantu di usia remajanya.

Kamar Sashi kembali sunyi. Yang tersisa hanyalah rasa sesal di dalam hati Sashi. Wajahnya masih menunduk di depan pintu dengan kaki yang terlipat ke belakang.

Ia berdiri kemudian melangkah gontai menuju tempat tidurnya. Sashi merebahkan badannya yang telah terlalu lelah menghadapi cobaan hari ini. Dari sudut matanya yang sembab kembali meneteskan air mata. Air mata itu mengalir melewati celah telinganya yang tertempel di tempat tidurnya.

'Tonet..'
Kembali terdengar suara HP yang akan padam. Suara HP itu terdengar jelas di telinga Sashi.

"Jangan-jangan..." Sashi melompat dari tempat tidurnya dan langsung menyenter kolong tempat tidur dengan matanya. Ya! Sebuah cahaya petak terlihat dari sana. Itu adalah HP milik Sashi.

"Arh, kenapa ga bilang dari tadi. Kalo aku tau dari tadi mungkin kejadiannya ga kaya' gini!!!" Sashi mengomel pada HP-nya yang baru saja di raih.

Sashi langsung membuka tiolet yang tadi ikut di acak-acakinya untuk mengambil chas HP yang tergulung rapi.

Charge..

17 miss calls.

Lihat. 13 dari Divin dan 4 laginya adalah panggilan dari Roni.

Mulut Sashi mengerucut. Lagi-lagi ia terbayang kejadian di pesta tadi.

"Tega-teganya Divin motong langgahku. Tiga tahun ngegebet Roni, eh... Tau-taunya sahabat sendiri yang makan. Ugh, kesel!" kata Sashi menangis tersedu menatap layar HP.

Dering Moonlight Sonata dari HP Sashi menandakan ada SMS yang masuk.

'1 message from Divin'

-Shi, keluar donk. Gw di depan pintu nih!-

"Ng?" Sashi melirik jam di dindingnya yang bercat ungu muda. "Masih jam 9 kok udah pada bubar ya?" gumamnya.

Reply.

-Langsung masuk aja. Gw di kamar-

send...

Sashi menyeka air matanya dengan sprei yang dari tadi di gunakan untuk mengelap air mata dan ingusnya. Dandanannya sudah berartakan, begitu pula dengan rambut yang tadi di beri pengeras kini sudah acak-acakan seperti rambut singa jantan.

"Sashi??? Lo ga papa?" dari depan pintu kamar Sashi, Divin berlari langsung memeluk sahabatnya yang terlihat seperti orang gila tak terawat yang biasa mereka temui di jalanan. "Lo kenapa sih, Shi? Liat deh dandanan lo udah ancur gini..." ujarnya mengangkat wajah sembab Sashi dengan tangan menempel di pipi chuby kanan dan kiri sahabatnya itu.

Sashi masih tak berkutik sampai sebuah suara mengejutkannya. "Dia ga papa?"

Mata Sashi tertarik untuk melihat ke arah asal suara itu.

Roni! Ya, suara cool itu adalah milik Roni. 'Kok dia bisa ada di sini?' pikir Sashi heran.

"Ga tau. Sashi, lo ga kenapa-kenapa 'kan?" Divin meyakinkan hatinya. "Sashi, please deh.. Kalo ada apa-apa tuh cerita. Trus tadi kenapa coba lo lari tergesa-gesa gitu dari pesta? Pake acara jatuh pulaaa.. Lo ga ingin dengar ya siapa orang yang berhasil bikin Roni ngelupain cinta pertamanya yang ga jelas itu? Lo.."

"Gue udah tau!" jawab Sashi pasti memotong ocehan Divin.

Roni mengerutkan dahinya.

"Trus, kenapa lo pergi?" Divin bingung.

"Ga papa. Gue ... Cuma aja gue ..."

"Ya.. Kamu kenapa, Shi?" tanya Roni penasaran menunggu jawaban super lamban dari Sashi.

=== BERSAMBUNG ===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar