Dalam
diary biru aku mengadu, menceritakan tentang aku dan kisah hidupku. Setetes
permata bening telah jatuh dari sudut mataku dan membasahi lembaran- lembaran
kasih biru yang tak ayal bertinta biru. Dengan majas aku menyatu untuk
mendeskripsikan rindu akan sesuatu..
* * *
Sudah beberapa minggu ini Rene tampak
murung. Matanya selalu saja tampak sendu. Tak ada lagi senyum ceria dari
bibirnya, begitu juga gerik lincahnya yang ikut hilang ditelan waktu. Ada apa
dengan Rena?
Setelah ia lelah menyandang statu
jomblowati, akhirnya ia memutuskan untuk kembali menerima cinta Arya yang
terus-menerus meminta Rene kembali menerimanya.
"Aku janji akan meninggalkan semua yang kamu ga suka. Tolong kasih
satu kali kesempatan lagi buat aku."
Kata-kata itulah yang akhirnya
membuat Rene memutuskan untuk kembali dalam pelukan Arya.
Sudah sebulan berlalu, hubungan itu
terasa begitu hambar. Ya, Arya memang terkesan telah meninggalkan kebiasaan
yang tidak disukai oleh Rene, seperti merokok, menggunakan cincin bermata besar
seperti milik para dukun, juga suka lebih mementingkan futsal dan teman-teman
wanitanya, bukankah kebiasaan itu menjemukan?! Sudah tiga kali hari minggu Rene
dan Arya menghabiskan waktu di rumahnya masing-masing padahal Rene sangat ingin
weekend itu dihabiskan hanya berdua
dengan Arya, namun selalu saja Arya menolaknya dengan berbagai macam alasan.
"Ayah minta aku untuk benerin pintu pagar."
"Hari ini aku ada janji untuk nemenin Eko ke pasar, biasalah
nyari baju,"
"Mama minta ditemenin belanja,"
Alasan Arya meman tidak bisa untuk
diganggu gugat dan itu membuat Rene terus mengerutkan wajahnya.
"Yang,
hari ini kita kemana?" tanya Arya via SMS ke hp milik Rene.
Ah, betapa bahagianya Rene menerima
SMS itu, tapi sayangnya minggu ini Rene telah memutuskan untuk menghabiskan
waktunya dengan segunung baju yang harus disetrika.
Kubalas, "Kita
di rumah aja"
send...
Waktu menunjukkan pukul 13.07 wib,
kembali aku menerima pesan dari Arya.
"Bisa
ga kita keluar sebentar untuk sekedar jalan kek.."
Rene melirik pakaian- pakaiannya yang
masih bertumpuk, mungkin akan selesai sebelum pukul lima sore.
Reply :
“bisa, jam
5 ya!”
Waktu berlalu. Waktu yang
dijanjikanpun telah lewat 45 menit, kebiasaan ngaret Arya memang belum berubah.
Tit!
Suara klakson motor Arya memanggil
Rene untuk segera keluar dan tak sadar telah meninggalkan hp yang padahal sudah
menjadi seperti organ tubuhnya sendiri. Ia juga melupakan titipan ibunya yang
daritadi sudah diwanti-wanti agar tidak dilupakan.
Di tengah perjalanan barulah ia
menyadari semua yang seharusnya dibawa telah tertinggal di rumahnya, sehingga
dengan berat hati Rene harus meminjam hp Arya.
Kenapa berat hati? Karena ia teringat
kasus-kasus sebelumnya dimana Arya ketahuan berselingkuh melalui hp.
"Kita ke wartel aja."
katanya menghindari keinginan Rene meminjam hp Arya.
"Kenapa sih ga boleh megang hp
kamu? Ga akan diapa-apain kok. Ga akan ngecek-ngecek lagi juga," ujar Rene
bersuara manja.
Setelah beberapa lamanya tawar
menawar akhirnya Arya meminjamkan hp-nya kepada Rene. Sesuai perjanjian, Rene
tidak akan mengecek inbox dan Rene
menepati itu. Tapi sayang, Arya terlalu bodoh. Sepertinya ia tak akan menyangka
bahwa Rene akan mengecek daftar pesan terkirimnya.
Sun,26.06 : Tara, aku udah di taman
kota nih. Kamunya mana?
Sun,03.06 : Tara, aku udah parkiran.
Sun,10.07 : Hari ini kita rencana
kemana?
Betapa hancurnya hati Rene mebaca
pesan- pesan itu. Tiada hari yang ia lewati tanpa Tara, teman wanitanya itu.
Teman wanita yang membuat Rene jenuh
untuk lagi-lagi mempertahankan hubungan itu. Bukan hanya SMS itu yang membuat
Rene menjadi sakit hati, tapi yang paling membuatnya sakit hati adalah ketika
Rene membaca pesan terakhir yang keluar dari HP Arya.
“ya ga papa
kalau kamu gak bisa, aku ajak Rene aja.”
Bukankah itu artinya Renehanyalah
seperti cadangan?! Sebenarnya siapah sih yang lebih special di hati Arya? Rene
atau Tara?
Baru saja ia hendak menyuruh Arya
menurunkannya di tengah jalan, tapi ia langsung teringat akan dompetnya yang
juga tertinggal di rumah sehingga ia harus tetap bersikap manis sampai nanti ia
telah tiba di rumahnya.
Tak ada perubahan yang terlihat dari
sikap Rene sehingga Arya tidak tau peristiwa dasyat yang akan terjadi di depan
rumah Rene.
"BRENGSEK!"
Rene nenendang motor milik
kekasihnya. Sumpah serapah dan caci makipun ia lontarkan dan Arya hanya
terlihat shock. Jelas Rene seperti keranjingan dengan sikap kekasihnya itu.
Betapa sakitnya Rene merasakan tikaman yang tak kunjung usai dilakukan oleh
Arya.
"JANGAN PERNAH MUNCUL LAGI DI
HADAPANKU!" Rene tak menangis sedikitpun walau sebenarnya rasa sakit
menghujamnya. Mungkin air matanya telah kering karena Arya tak kunjung memberikan
kebahagiaan baginya.
Arya mencoba memberikan penjelasan
pada Rene tapi bagi Rene sudah cukup banyak kesempatan yang ia berikan kepada
Arya sehingga rasanya sudah tidak perlu lagi memberikan kesempatan yang
dipergunakan hanya untuk disia-siakan.
“Kamu salah paham, Rene!” arya
berteriak keras dari luar rumah.
Rene tak lagi menggubrisnya.
“Enyahlah!” teriak Rene di balik
pintu rumahnya.
* * *
Dawai membawaku
menari sedih bersama bidadari, petikan cinta tlah gugur bersama datangnya panas
mentari, tiada akan lagi aku merasakan hangatnya hari, mungkin juga karena aku
terlalu lelah berlari..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar