Kuterima
sepucuk surat yang layu
Penuh
hamburan air mata dari seorang ibu
Di
dalam suratnya
Ia
berbicara dengan tangis yang sendu serta pilu
Suratnya
berkata bahwa ia takut aku berpaling ketika ia mulai enta
Ia
takut aku jauhi karena baunya
Ia
menangis karena takut aku marahi
Ketika
ia telah sering lupa dan salah bicara
Sepucuk
surat yang layu
Ia
bercerita tentang masa yang lalu
Kala
ia mengasuhku dengan kasih
Sabar
mendidikku dengan manja
Pula
senang mengdengar ceritaku yang duduk dipangkuannya
Dalam
suratnya ia berkata bahwa ia takut bila nanti kututup telingaku
Ketika
ia bercerita gundahnya pula sukanya
Pula
ia takut aku tak memberinya cinta
Seperti
ketika aku mencintainya dulu
Kutulis
sepucuk surat indah dan abadi di hatiku
Pula
hatinya,
“Ibu, selamanya aku
mencintaimu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar