Selasa, 20 Maret 2012

Store of Corpse - Part III


Sejak hari itu toko milik Janis ramai dengan wartawan dan pengunjung lainnya untuk melihat-lihat keadaan yang ada. Sedangkan Janis sepertinya sangat tidak menikmati hal itu. Omset pendapatannya juga menurun drastis. Ini seperti sebuah olokan yang menjijikan buat Janis. Semua orang yang berkunjung tak lagi membeli barang-barang yang dijualnya dengan berbagi macam alasan. Ada yang mengatakan bahwa mereka takut akan memakai pakaian bekas mayat, ada pula yang takut bila mereka akan mati dan dijadikan seperti menakin yang ternyata adalah mayat seperti tempo hari. Itu benar-benar membuat Janis jengah.

“Aku butuh hiburan. Bantu aku nyari orang yang ingin menyewa setengah dari toko ini.” Ujar Janis lesu. Wajahnya memelas tak bersemangat. Tatapannya kosong menerawang dari meja kasir.

“Aku turut prihatin ya, Nis.. tapi apa kamu benar-benar mau nyewain setengah dari toko ini? Coba kamu pikir-pikir lagi, mungkin ini hanya pikiran sesaat yang terlintas karena kamu sedang galau.”

Janis menggeleng. “Toko ini juga ga akan ngasih penghasilan lagi. Mungkin aku akan mencari pekerjaan baru.” Katanya lagi dengan pasrah atas semua yang terjadi.

“Udah, sabar aja. Nanti biar aku cari orang yang mau nyewa toko ini.” Ujar Cindy masih setia pada Janis yang kini hidup semata wayang.

“Sebenernya bukan itu masalahnya, Ndy. Ada hal lain yang lebih penting dari itu yang aku pikirin. Tapi it’s ok, biarin gue berpikir sendirian.” Janis beranjak dari duduknya dan meninggalkan Cindy yang masih berdiri dengan tangan yang menopang di depan meja kasir.

Cindy menghela napas panjang.

***

Ternyata tak begitu membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan situasi yang mencekam itu kembali seperti semula. Rumor tentang toko Janis tak lagi beredar dan kini telah kembali dipenuhi pembeli. Janis kembali bersemangat dengan situasi seperti ini. Di belakangnya, Cindy terus mendukung pergerakan toko Janis.

Sesuai usulan Cindy, toko Janis tak lagi dipenuhi oleh banyak menakin. Hanya beberapa saja, dan Janis memilih untuk menggunakan tiga belas menakin untuk tokonya yang kini sudah berubah warna dan berubah citra. Janis mengubah tokonya menjadi terkesan lebih misteri. Dinding-dinding toko itu dibuat sedemikian menyeramkan seperti rumah hantu, tapi justru itu yang membuat toko itu kembali diramaikan oleh banyak mengunjung. Toko itu juga menjual benda-benda aneh dan unik seperti baju yang didesign dengan animasi 3D sepenggal jari tak bertuan, tangan puntung, atau organ-organ tubuh lainnya yang tidak sempurnya yang sebenarnya lebih terlihat menjijikan daripada menarik. Tapi itu memang unik. Cindy memang ahli dalam membuat design-design unik yang dapat menarik minat pengunjung.

“Aaargh!” seorang remaja berteriak kemudian melompat-lompat sambil terus menangis histeris ketakutan menarik perhatian setiap mata pengunjung.

Janis melompat dari belakang meja kasirnya dan langsung mendekat remaja putrid itu.

“Ada apa?”

Gadis itu menangis kemudian memeluk Janis, erat.

“Ikut aku.”

Janis menarik tangan gadis itu dan membawanya ke lantai dua, tepatnya di ruang kerja Janis.

“Katakan padaku, ada apa?” Tanya Janis dengan nada sinis. “Kau tau tokoku ini pernah bermasalah dengan adanya mayat yang menyerupai patung-patung bodoh itu ‘kan?! Teriakanmu tadi itu bisa saja kembali menghancurkan karirku. Kau mengerti?” Janis tak menurunkan suaranya. Ia tak perduli dengan wajah pucat dan suara tangaisan histeris gadis di depannya yang bahkan tak mampu untuk duduk meski Janis telah mendorongnya ke sofa.

“Katakan, ada apa?” Janis mengguncang tubuh gadois itu. Ada kekhawatiran yang besar yang membuat Janis tak tenang melihat sikap gadis di depannya yang tak juga membuka suara.

“Argh… aku takut… ta.. kut…”

Gadis itu pingsan dan kemudian jatuh pada sofa di belakangnya.
Janis panic dan semakin panic ketika mendapatkan sepotong jari tengah dan dikerumuni oleh belatung di tangan gadis yang tengah pingsan itu.

Janis menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia begitu terkejut. Ia melangkah mundur, punggungnya menabrak pintu yang baru saja dibuka oleh seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar