Malam
Minggu dengan cuaca yang mendukung membuat jalanan menjadi padat. Tak hanya di
jalanan, tempat-tempat tongkronganpun dipenuhi banyak anak manusia. Namun Sari
bingung, malam ini kafe miliknya begitu sepi. Nyaris pengunjung sehingga Sari
malas untuk menampilkan aksinya di panggung kafenya.
Sari
yang bosan melihat kafenya yang sepi mengajak Supir untuk menemaninya
jalan-jalan mencari keramaian. Di tengah perjalanan, mata Sari terhenti ketika
melihat satu kafe yang sangat ramai pengunjungnya. Ada kecemburuan yang
mendalam pada dirinya.
“Kita
berhenti di sini, Pak.” Ujar Sari pada Pak Rusli, supirnya.
Sari
masih tidak turun meskipun Pak Rusli memarkirkan serta mematikan mesin
mobilnya.
“Ga
turun?” Tanya Pak Rusli di jok depan.
“Nggak.
Sari cuma mau liat siapa penyanyi di atas panggung itu, kok kayaknya Sari gak
kenal ya, Pak?!”
“Hohoho…
ya berarti dia itu nggak setenar Sari lah.” Jawab Pak Rusli sekenanya. Ia tau
majikannya itu mempunyai keegoisan yang besar dan sangat tidak senang bila ada
yang melebihi dirinya apalagi yang dianggap saingannya itu juga adalah seorang
penyanyi.
“Iya.
Lagian dandanannya juga kampungan.” Kata Sari menghujat. “Malam Minggu depan
Sari pastiin kafe kita kembali ramai.” Katanya lagi dengan penuh keyakinan.
Sari
meminta Pak Ruslan menjalankan mobilnya dengan segera dan permintaan itu
langsung dituruti oleh supir kepercayaannya itu.
“Sekarang
kita ke mana lagi, Sari?”
“Pulang.”
Sari menjawab singkat.
Mobil
itu kembali menuju rumah Sari.
***
Sari
menyetel TV yang akhirnya tidak ditontonnya karena pada akhirnya Sari sibuk
dengan koran di tangannya.
Anda
ingin terlihat cantik? Menarik? Seksi? Dan karir anda semakin mantap? Kunjungi
saya, Mbah Jarot! Langsung dating saja ke alamat di bawah ini.
“Adelia,
kamu akan menyesal telah mengganggu karir aku!” gumam Sari.
Senyum
Sari merekah lebar, sepertinya ia tidak perlu berpusing-pusing lagi memikirkan
bagaimana caranya menyingkirkan Adelia dan ia juga tak perlu lagi berpikir
bagaimana caranya membuat kafenya kembali ramai oleh pengunjung.
Sari
memencet nomor telepon Pak Rusli agar segera menyiapkan mobil lalu
mengantarkannya ke alamat Mbah Jarot.
“Sari,
ga baik kalau kamu ke situ. Lebih baik kamu berserah pada Allah.” Ujar Pak
Rusli ketika tau bahwa majikannya hendak mengunjungi dukun ternama di kotanya.
“Pak
Rusli ga berhak melarang Sari. Sari yang lebih tau tentang apa yang akan Sari
buat.”
“Iya,
tapi bersainglah secara sehat, Sari”
“Kalau
Bapak ga mau antarin Sari berarti Bapak lebih memilih untuk berhenti bekerja.”
Kata Sari mengancam.
Pak
Rusli goyah atas ancaman Sari. Ia takut akan kehilangan pekerjaannya karena ia
harus menghidupi anak istrinya.
Tak
menunggu lama, Pak Rusli langsung mengantar Sari ke rumah dukun itu.
***
“Saya
ingin karir saya tidak lagi tersaingi oleh siapapun dan saya juga ingin kafe
saya kembali ramai. Saya ingin semua orang memuja saya, Mbak.” Ujar Sari di
dalam rumah dukun itu.
“Bisa.
Saya akan memasangkan susuk di wajah kamu. Tapi ada syaratnya.”
“Apapun
itu akan saya jalani, Mbah.” Katanya tanpa ada keraguan.
“Kamu
tidak boleh menyakiti hati siapapun. Kamu harus menjadi orang yang baik, karena
susuk yang akan aku pasang itu adalah cerminan dari hatimu. Kalau kamu
mengingkarinya maka seketika itu wajah kamu membusuk.”
Dengan
yakin sari mengangguk pasti dan susuk pun langsung dipangkan ke wajahnya.
***
Apa
yang diinginkan Sari terjadi. Kafenya ramai dan nyaris semua orang
mengelu-elukannya. Maka semakin banyak saja sainginnya namun mereka semua tak
berarti sama sekali bagi Sari karena Sari memang sudah menggunakan dukun dan
ilmu hitam yang ampuh dan terpercaya itu.
Dengan
langkah penuh percaya diri Sari mengunjungi kafe adelia yang semakin sepi.
“Ini
kuburan atau kafe? Kok sepi?” Sari menyunggingkan senyuman sinisnya.
Adelia
diam tak bergairah. Ia juga mengasihani dirinya sendiri.
“Hahaha…
makanya jangan pikir kamu itu cantik. Jangan sok jadi yang terbaik. Lihat
kenyataannya, semua pelanggan kamu beralih ke kafeku. Hahaha..” ujar Sari remeh.
Sari
berlalu pergi meninggalkan kafe yang sepi itu setelah puas menghina Adelia yang
merasa sangat sakit hati dan terpukul dengan hinaan yang baru saja dilontarkan
Sari padanya.
***
Sari
terkejut ketika melihat wajahnya di cermin telah berubah. Wajahnya hitam
membusuk. Ia meraba-raba wajahnya. Ia menangis tidak menerima kenyataan.
Kembali
ia ke rumah Mbah Jarot untuk memohon bantuan.
“Itu
semua kesalahanmu sendiri. Dari awal kamu ke sini saja sudah salah, lalu kamu
berbuat salah lagi dengan menyakiti hati orang-orang di sekitarmu. Maka
terimalah hasil perbuatanmu.” Ujar Mbah Jarot tanpa rasa kasihan.
Sari
menangis memohon ampun dan terus meminta pertolongan Mbah Jarot.
“Cukup,
Nak. Jangan lagi kamu meminta padanya. Sekarang kembalilah kamu ke rumah dan
sucikan hatimu. Memintalah kepada yang satu yaitu Allah, Nak. Bapak akan
mencarikan ustadz untuk membantumu.” Ujar Pak Rusli tulus.
Sari
pulang dengan perasaan bersalah dan penuh dosa. Kini ia menangis memohon ampun
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan memohon hanya pada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar