Selasa, 26 April 2011

# Jalan Menggapai Mimpi # (Part-I)

Cita-cita menjadi seorang penulis itu adalah mimpi besar yang harus aku gapai.
'Dapatkah aku menggapainya?' aku bergumam dibalkon kamarku yang bertemankan malam sunyi, sebatang rokok, secangkir kopi dan sebuah laptop yang setia menampung keluh kesahku.

Rasa kecewa pada mamaku selalu muncul ketika gairah menulisku mulai bangkit. Terkadang aku merasa semua file yang kusimpan di laptopku itu hanyalah sia-sia. Puisi, cerpen, dan naskah novel itu seakan selalu menangis karena mereka kulahirkan hanya untuk menjadi pajangan pada laptopku.
***
"Ma, liat deh! Puisi Ina masuk majalah. Cerpennya juga." kataku dengan hati berbunga-bunga. Aku yakin bahwa mama akan sangat bangga dengan karyaku karena bisa muncul di salah satu majalah ternama. Aku mencoba untuk menunjukkan majalahku pada mama.
"Halah, paling juga faktor keberuntungan. Itu aja kok bangga?!" ujar mama dengan nada ketus tanpa ingin melihat majalah yang aku tunjukkan.
Deg!
Jantungku seakan berhenti berdetak, dunia tak berputar, dan mataku terasa panas. Aku merasakan kecewa yang teramat besar dan menghancurkan harap beserta mimpiku.
***
Sejak saat itu tanggan-tanganku yang biasanya lincah berubah menjadi kaku. Setiap kali tangan dan pikiranku menyatu untuk merangkai kata-kata indah nan penuh kiasan, ketika itu pula kata-kata mama yang begitu meremehkan aku muncul, dan saat itu pula aku merasa down. Merasa bahwa menulis itu bukanlah suatu hal yang dapat dibanggakan.
"Argh!" erangku melepaskan pikiran konyol itu dari pikiranku sembari melempar rokok yang sejak tadi berlindung diantara jari tengah dan jari telunjukku.
Sejenak kupejamkan mata dan mengatur napas.
"Ya, Tuhan.. Kumohon bantulah hamba-Mu ini!" kataku lirih dengan kepala menengadah keatas.  Setetes air mata mengalir dari sudut kanan mataku.
"Udah waktunya mama tau kalau gak sembarang tulisan bisa dimuat dimajalah!" kataku lagi meyakinkan hati kecilku yang masih menyimpan setitik harapan untuk menjadi seorang penulis.
Aku mengambil posisi didepan laptop dan aku mendapati enam notifications di blog facebook. 'Mayoko Aiko menambahkan anda kedalam grup Diskusi Fiksi.Menulis Fiksi.Membaca Fiksi (Universal Nikko mayokO aikO).
'Apa ini?" pikirku.
Klik!
Aku membuka notifications dari Mayoko Aiko, salah seorang penulis novel yang menurutku lumayan keren untuk dijadikan teman. Aku berpikir Mayoko Aiko akan dapat membantuku untuk menerbitkan novel-novel karanganku.
"Ya! Ini jawaban dari Tuhan!", kataku tersenyum yakin bahwa ini adalah jalan yang akan menuntunku menggapai mimpi. 
Aku membaca isi grup itu dengan sumringah. betapa cepat Tuhan memperlihatkan kebesaran-Nya.
"Ini adalah sebuah langkah awal." Aku bergumam sambil tersenyum puas.